Selamat Datang

16/01/11

Jenis Tradisi Lisan Dayak Kanayatn

Jenis Tradisi Lisan Dayak Kanayatn, terdiri dari 2 kelompok yaitu
1. Yang Bercorak Cerita al : tale, mitos,legenda, epik
2. Yang bercorak bukan cerita al : Ungkapan, nyanyian, puisi lisan, peraturan /upacara adat
1. Yang bercorak cerita :
1.1 Singara
ini adalah jenis cerita rakyat biasa yang berhubungan dengan situasi kehidupan di masyarakat. Cerita ini berupa cerita jenaka, cerita pelipur lara, cerita binatang, cerita percintaan
1.2 Gesah
yang termasuk dalam kategori ini adalah cerita yang berhubungan dengan kepercayaan atau agama lama rakyat akan suatu tempat, seseorang pahlawan, asal usul dunia Kanayatn, kehidupan, manusia dan kegiatan kegiatan hidup seperti bercocok tanam ( misalnya kepercayaan Ne' Baruankng dengan asal usul padinya) Tergambar pula disini tentang kehidupan fantastis dan magis antara dilangit(atas) dan dibumi, kehidupan jadi jadian manusia berasal dari jenis hewan besar di hutan belantara. Contoh lainnya : gesah idup seorang pejuang pada sama kemerdekaan, yang mengisahkkan perjalanan perjuangan tentang tempat dan orang Dayak yang berjasa karena keberanian dan loyallitas terhadap Republik.
1.3 Osolatn
Osalatn adalah kisah asal usul keturunan atau disebut juga jujuhatn yakni tentang silsilah keturunan suatu keluarga yang dapat dilacak lewat sebuah cerita. Contoh : Osolatan/jujuhatn Bukit Talaga. Penuturan biasanya dalam bentuk obrolan biasa atau dialog.
1.4 Batimang
Batimang adalah kegiatan yang bersifat hiburan atau pelipur hati atau bujukan oleh para orang tua untuk anak-anak. Batimang ini dilakukan pada saat senggang atau waktu mau tidur dalam bentuk seperti pepatah, pantun atau lagu.
1.5 Pantutn
Cerita yang berbentuk puisi berisikan nasihat, peringatan, kasih sayang. Sama dengan pantun, pantutn terdiri dari empat baris bersajak ab-ab, dua baris sampiran dan dua baris lagi isi. Sampirannya menarik karena kata-katanya berasal dari lingkungan kehidupan. Pantutn ini banyak dipraktekkan dalam kesenian/lagu untuk jonggan, berkomunikasi ditempat kerja : ladang, sawah, menoreh getah.
1.6 Sungkalatn/Sungkaatn
Cerita dalam bentuk perumpamaan ata pepatah, Perumpamaan atau pepatah dikaitankan dengan lingkungan sekitar tentang peringatan, penjelasan, atau nasihat. Kata-kata yang digunakan biasanya kata-kata formal, bahasa adat.
1.7 Salong
Cerita dalam bentuk sindiran atau ejekan terhadap suatu kebiasaan, atau perilaku yang kurang baik dimasyarakat. Salong ini berusaha memperbaikikekeliruan yang terjadi di masyarakat: sifat atau perilakudan perbuatan tak sesuai dengan adat atau kebiasaan yang berlaku umum.
Beberapa cerita seperti Batimang, Pantutn, sungkalatn dan salong ditemui juga dalam sebuah cerita lain yang panjang sebagai sisipan atau interval dan berfungsi sebagai penambah gaya atau liris, penegas , kekohesifan ide dsb. (Style and cohesion) antar babak karena biasanya jenis tersebut cukup pendek dalam penuturannya.
2. Yang Bercorak Bukan Cerita
2.1 Sampore'
Kegiatan seperti ini dilakukan dalam hal upacara perikehidupan seseorang yang berhubungan dengan rehabilitasi huungan yang pernag cacat/selsih, perobatan. Upacara Kanayatn untuk sampore' ini terdapat dalam kegiatan lenggang, liatn, dan dendo, babius ( karena badi, jukat dsb), bapipis dan batampukng tawar.
2.2 Lala'
lala' adalah semacam pantang atau larangan bagi masyarakat Kanayatn untuk makan jenis makanan tertentu, pantang melakukan pekerjaan tertentu, dan pantang mengucapkan sesuatu. Masa pantang ini diatur menurut tradisi masyarakat yang bersangkutan: tiga hari, tujuh hari, 44 hari, dan seumur hidup. Tujuannya adalah agar terhindar dari bahaya, atau kekuatan dapat ditingkatkan, atau niat dalam pekerjaan dapat terkabul.
2.3 Tanung
Tanung ini adalah tradisi lisan masyarakat Kanayatn untuk menentukan jenis perbuatan ( misalnya, menetapkan lahan ladang, memulai membangun rumah)atau mencari cara terbaik boleh tidak bertindak terhadap suatu situasi mendesak seperti keadaaan gawat, bencana, perang dsb. Upacara setelah batanung ini akan memberikan suatu keyakinan tentang jenis kegiatan yang daoat dilakukan kemudian. Bagian tanung adalah tanung ai', tanung tali, tanung karake' tanung serakng pinang dan tanung dapa' layakng.
2.4 Baremah
Baremah adalah upacara tradisi lisan yang dilakukan sebagai permohonan penutup atau ucapan syukur atas hasil pekerjaan, seperti masa pasca panen lewat kegiatan baroah, babalak, muakng rasi, bapipis, basinsangi(niat). Kegiatan ini lebih bersifat pribadi atau bagian upaca keluarga. Bandingkan dengan naik Dango yang bersifat menyeluruh: kampung, binua, antar binua ( Kabupaten)
2.5 Renyah
Renyah( Lagu/Nyanyian) sebenarnya adalah pantutn (pantun) yang dilagukan. Umumnya digemari oleh kaum muda dalam berkasih kasihan, saling sindir, atau orang tua menyampaikan pesan kepada anak. Lagu ini biasanya dituturkan pada saat ke ladang/sawah, dikebun karet, atau dihutan mencari buah, rotan dan sebagainya.
2.6 Bacece'
Berunding diantara para tokoh, sanak keluarga dan kerabat sekampung mengenai budi, hutang, dsb dari orang tua ( kepala keluarga, tokoh, adat/masyarakat) yang sudah meninggal. Perundingan yang dipimpim pemuka adatbiasanya menghasilkan kesepakatan mengenai kejelasan dan tindakan yang dapat diambil bilamana perlu. Tujuannya, orang yang meninggal tadi dapat lebih baik dan aman jiwanya di Subayatn ( Surga) dan keluarga yang ditinggalkan dapat lebih tenang dan rukun. Bacece adalah salah satu jenis tradisi dari sekian yang lainnya sepertibuat tangah, pangurukng sumangat dan baripakng
2.7 Pangka'
Upacara dari Pangka' adalah upacara adat untuk memperingati Ne' Baruakng sewaktu turun ke dunia menurukankan padi. Upacara ini biasanya dilakukan sebelum patahunan (masa bertani diladang) dimulai yaitu pada bulan Mei tiap tahun. Upacara yang dipimpim tokoh adat ini ( Timanggong, dst) dilakukan dalam bentuk sembahyang bersama di panyugu (tempat sembahyang) dan bermainpangka' gasing ( bermasin pangka gasing)
2.8 Mura'atn
Mura'atn adalah melakukan sesuatu ( biasanya doa) agar seseorang tidak ditimpa malapeta, Tradisi ini sifatnya pribadi, orang per orang.
2.9 Liatn
Upacara asli adat Kanayatn dalm bentuk magis dan sakral ( ditampilkan dalam bentuk tarian, doa, dan prosa berirama). Tujuannya tergantung keinginan dari keluarga yang memohon upacara ini ( pengobatan, membayar niat, dsb)
Liatn ini langsung dipimpim oleh seoramg dukun ahli liatn dan dibantu oleh satu orang ahli liatn yang disebut "panyampakng" serta beberapa"panyangahatn" pendoa.
Kategori penampilan dibagi dalam Liatn Daniang, Liatn Nyande, Liatn Bantal, dan Liatn Kanayatn. Perbedaan tiap kategoreidilihat pada nada dan irama serta kata-kata yang digunakan. Tiap kategori ini mempunyai tokoh sendiri sendiri, misalnya Liatn Danian dengan tokoh Ne' Sinede dan Ne' Lampede, Kategori menurut tujuan dibagi dalam Liatn Batama' Bohol, Liatn Ngaladakng Buntikng, Liatn Batalah, Liatn Batano', Liatn Ngalapasatn Tano', Liatn Barobat, Liatn Badigin, dan Liatn Ngangkat Paridup.Misalnya Liatn batama' Bohol tujuannya untuk mohon diberik anak ( bagi keluarga yang sulit memperoleh anak), Liatn Ngangkat Paridup untuk memperbaiki" Patahunan" yang gagal.
Kegiatan upacara dalam Liatn antara lain macik(nyagahatn/sembahyang didalam rumah) ngantar roba, ka' ayutn, baramutn ngamok jalu/babotn, ka' bawakng, bajampi, ka' Jubata masak, nyagahatn ngago, sumangat, notor ( Nyagahatn ka' tanah/diluar rumah memanggail dan memberi makan setan iblis jahat) ka' dang bonto' ngalinse, ngungke, ka' paramainan dan baripakng (mencari silsilah nama nama yang suci dan jubata)
Waktu pelaknsanaanya, ada yang sehari semalam, ada yang tiga hari tiga malam. Nilai seni tari dan lagu dalam liatn ini juga sangat menonjol yang diiringi alat alat musik : agunkng, dau dan tuma ( gong, gendang).
2.10 Mulo
Mulo adalah adat pengucilan (penjara) kepada seseorang yang melakukan kesalahan yang sangat berat bagi anggota masyarakat adat.
2.11 Gawe
Upacara pesta ucapan syukur atau menandai awal suatu kehidupan baru, seperti gawe pesta panen, gawe balak, (awal masa remaja), gawe penganten ( menempuh hidup baru berkeluarga)
2.12 Totokng
Upacara adat besar penerimaan dan pemeliharaan kepala manusia hasil ngayau (Jama ngayau tempo dulu) Upacara ini sekarang sebagai peringatan seperti gawe yang biasanya berlangsung selama 7 hari 7 malam ditambah 1 hari/malam terus menerus. Upacara ini dipimpin oleh seorang pandai adat Totokng disebut Imam Totokng. Ini adalah upacara lengkap yang menyangkut kehidupan dan hubungannya dengan lingkungan. Sehingga upacara nyangahatn/sembahyang dilakukan setiap segi dan tempat kegiatan masyarakat Dayak Kanayatn: dipanyugu, panamukng ( Bukit, Hutan rimba) pasinyangan ( tempat keramat asal usul nenek moyang beserta sejarahnya) disungai (tempat mandi, dsb) dikaki tangga rumah, diatas pante (teras terbuka rumah panjang) dan didalam rumah, Semuanya harus dipenuhi / lengkap, sebab kalau tidak akan kena jukat (sakit atau bencana)
Sekarang upacara ini sudah jarang dilakukan karean selain biayanya besar, juga upacaranya harus sesuai dari asal usul keluarga pengayau dan dari keturunan cerdik pandai adat, disamping khawatir akan salah dan kena jukat tadi. Jenis Totokng dusesuaikan dengan tujuan totokng ini diadakan: pembuatan dan penamanan pantak/topeng untuk menemukan asal usul suatu keturunan misalnya. Ada tiga tokoh Dayak dulu yang merupakan pembawa Totkng; Bunsu', Maniamas dan Ure' Nyabukng.
2.13 Nyagahatn
Bagian upacara dalam bentuk doa atau sembahyang dalam adat/agama lama. Upacara ini banyak digunakan dalam peristiwa adat seperti Liatn, lala', remah, gawe, sampore' dan mato'. Juga dilakukan sewaktu akan bercerita tentang kisah atau sejarah kejadian, asal usul. Tujuannya untuk mengucapkan syukur, memohon bimbingan dan perlindungan atau pemberitahuan kepada Jubata, Ne' Patampa' Ne Daniang terhadap suatu kegiatan dalam bekerja. Nyagahatn atau biasanya disebut juga ngalantekatn dilengkapi dengan persembahan disebut palantar. Upacara ini dipimpin oleh seorang Imam Panyangahatnatau seorang tokoh adat.
2.14 Dendo dan Lenggang
Bentuk upacara ini sebenarnya bukan asli Kanayatn. Upacara ini dilakukan dalam kegiatan pengobatan atau membayar niat. Kegiatan mirip dengan Liatn, tapi dengan Variasi dari luar ( Melayu dan Tionghoa)
2.15 Adat Kanayatn.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar